FORMAT
PROPOSAL TAK
Topik :
Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Sensoris
Sesi ke : 1 (mendengar musik)
Terapis : Kelompok 3
Sasaran :
Klien perubahan sensori (isolasi sosial
dan
harga diri rendah) yang
telah mengikuti TAKS
A.
LANDASAN
TEORITIS
Kelompok
adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling
bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart dan Laraia, 2005). Kelompok
terapeutik memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk saling bertukar
pikiran (sharing) dalam rangka
pencapaian tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif
(menarik diri) dalam berhubungan dengan orang lain.
Terapi
Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-sama
dengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau
petugas kesehatan jiwa yang terlatih. (Direktorat Kesehatan Jiwa )
Terapi
Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang
telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu
atau lebih dalam hal :
1.
Kesadaran dan pengertian diri
sendiri.
2.
Memperbaiki hubungan interpersonal.
3.
Perubahan tingkah laku.
Sensori adalah stimulus atau
rangsang yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam
tubuh melalui organ sensori (pancaindera)
Isolasi
sosial merupakan
keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu
untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381).
Menurut Rawlins, R.P &
Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi
sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu
dalam kegagalan.
Gangguan harga diri rendah adalah
evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang
dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).
Menurut Schult & Videbeck (
1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap
diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
Gangguan harga diri rendah
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi
Ana Keliat, 1999).
Jadi dapat
disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat
diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
Keuntungan
yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok (Birchiead, 1999),
adalah :
1.
Lingkungan (Support)
2.
Pendidikan
3.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
4.
Meningkatkan hubungan interpersonal
klien
5.
Meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien gangguan
orientasi
Kegiatan ini disesuaikan dengan kondisi
klien dengan tujuan untuk membantu proses penyembuhan yang didukung oleh
lingkungan terapeutik, dan tersalurkannya energi, juga oleh kemampuan kien
dalam berinteraksi dan berani tampil. Oleh karena itu kelompok tertarik untuk
mengambil topik tentang terapi stimulasi sensori : mendengar musik.
B.
TUJUAN
1.
Umum
Klien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh gangguan stimulasi sensoris.
2.
Khusus
a) Klien
mampu mengenali musik yang
didengar
b) Klien mampu memberi respons terhadap musik
c) Klien mampu menceritakan perasaannya setelah
mendengarkan musik
C.
ANGGOTA
KELOMPOK
1.
Kriteria pasien
Diikuti oleh pasien
yang mengalami gangguan jiwa:
klien
isolasi sosial dan harga diri
rendah
yang telah diseleksi, telah mengikuti TAKS dan dalam proses rehabilitasi dengan
kriteria:
a) Tidak
mengalami gangguan fisik, kooperatif
b) Sudah
tidak agresif, gelisah, inkoheren, flight of idea
c) Halusinasi
ringan dan dapat diatasi
d) Dalam
keadaan tenang (tidak menunjukkan perasaan takut dan cemas)
2.
Nama pasien, diagnosa medis dan masalah
keperawatan
Nama
Klien
|
Diagnosa
Medis
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Ny.
Atmi
|
Skizofrenia
paranoid
|
Isolasi
sosial
|
Ny. Wilna
|
Skizofrenia paranoid
|
Harga diri rendah
|
Tn. Husaini
|
Skizofrenia paranoid
|
Harga diri rendah
|
Tn. Rudi
|
Skizofrenia paranoid
|
Isolasi
sosial
|
Ny. Rosha
|
Skizofrenia paranoid
|
Isolasi
sosial
|
3.
Jumlah anggota
Jumlah anggota ada 5
orang.
D.
PROSES
SELEKSI
Proses seleksi dilakukan
2 hari sebelum pelaksanaan terapi aktivitas kelompok. Klien yang memenuhi
kriteria diminta kesediannya untuk mengikuti kegiatan terapi aktivitas
kelompok.
E.
URAIAN
STRUKTUR KEGIATAN
1.
Hari / tanggal :
Sabtu, 5
Januari
2013
2.
Tempat kegiatan : Ruang Merak RSJ Pekanbaru
3.
Waktu kegiatan : Jam 08.OO wib
4.
Setting tempat : terapis dan klien duduk bersama
dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang.
Bentuk
atau pengaturan ruangan:
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
Keterangan:
L : Leader
Co : Co Leader
K : Klien
F : Fasilitator
O : Observer
F.
METODA
Metoda yang digunakan
adalah dinamika
kelompok, diskusi dan tanya jawab
G.
ALAT
BANTU
a) Handphone
H.
PENGORGANISASIAN KELOMPOK
-
Leader :
Nuriyanti
-
Co Leader : Nasri
-
Observer :
Masrizal
-
Fasilitator : 1. M. rizki
2. M.
Hasbi
3. Miftahul
jannah
4. Nelda
nur
5. Muhammad alwi
Perilaku
pemimpin / terapis yang diharapkan :
Perilaku yang ditampilkan oleh leader ( peran leader )
Perilaku yang ditampilkan oleh leader ( peran leader )
1.
Memimpin diskusi kelompok dengan cara
guiding dan bertanggung jawab pada
pelaksanaan dan kelancaran terapi kelompok
2.
Membuka acara terapi kelompok
3.
Menjelaskan tujuan terapi kelompok
4.
Memperkenalkan anggota
5.
Memberi penjelasan yang akan dicapai
6.
Mempengaruhi tingkah laku dan aktivitas
pasien
7.
Melakukan evaluasi
Perilaku yang ditampilkan
oleh co leader ( peran co leader )
1.
Mendampingi leader
2.
Mengambil alih posisi leader bila leader
pasif
3.
Membacakan tata tertib
4.
Menyerahkan kembali posisi leader bila
leader sudak aktif kembali
Perilaku yang
ditampilkan oleh observer ( peran observer )
1.
Mengobservasi jalannya TAK mulai dari
persiapan, proses, dan penutup dengan format evaluasi perilaku
2.
Mengobservasi dan memberi
penilaian/mencatat terhadap perilaku verbal dan non verbal anggota kelompok
selama TAK berlangsung dengan menggunakan format penilaian yang tersedia, dan
peran anggota terapis.
3.
Menyampaikan hasil TAK.
Perilaku yang
ditampilkan oleh fasilitator ( peran fasilitator )
1.
Mendampingi peserta diskusi
2.
Mempersiapkan pasien dan sarana lain
yang diperlukan dalam TAK
3.
Mengarahkan anggota, membantu meluruskan
dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh pasien sebagai peserta TAK
4.
Memberikan stimulus dan motivasi pada
anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya TAK
Perilaku
anggota yang diharapkan:
1.
Mengikuti TAK dari awal sampai akhir
2.
Mematuhi aturan TAK yang telah
disepakati
3. Terlibat
aktif dalam kegiatan TAK
I.
MEKANISME
KEGIATAN TAK
No
|
Waktu
|
Kegiatan Terapis
|
Kegiatan Peserta
|
|
|
Perencanaan
a.
Persiapan materi
b.
Persiapan media/alat yang digunakan
c.
Setting tempat terapis dan peserta
d.
Pembagian tugas terapis
|
|
|
25 menit
|
Pelaksanaan
a.
Orientasi
1. Salam therapeutik
-
Salam dari terapis kepada klien
-
Memperkenalkan terapis
2.
Evaluasi/validasi
-
menanyakan perasaan klien saat ini
3.
kontrak
-
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan,
yaitu mendengarkan musik
-
Terapis menjelaskan aturan main yaitu:
·
Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis
·
Lama kegiatan 45 menit
·
Setiap klien mengikuti dari awal
sampai selesai
b.
Tahap Kerja
-
Terapis mengajak klien untuk saling
memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan) di mulai dari terapis secara
beraturan searah jarum jam.
-
Setian kali seorang klien selesai
memperkenalkan diri, terapis mengajak semua klien untuk bertepuk tangan
-
Terapis dan klien memakai papan nama
-
Terapis menjelaskan bahwa akan di putar
lagu, klien boleh tepuk tangan atau berjoget sesuai dengan irama lagu.
Setelah lagu selesai di putar klien diminta menceritan isi dari lagu tersebut
dan perasaan klien setelah mendengar lagu
-
Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoget atau tepuk
tangan (kira-kira 15 menit). Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali.
Terapis mengobservasi respons klien terhadap musik.
-
Secara bergeliran, klien diminta
menceritakan isi lagu dan perasaannya. Sampai semua klien mendapat giliran.
-
Terapis memberikan pujian, setiap klien
selesai menceritakan perasaannya, dan mengajak klien lain bertepuk tangan.
|
-
Menjawab salam
-
Mendengarkan dan memperhatikan
-
Menjawab pertanyaan
-
Mendengarkan dan memperhatikan
- Mendengarkan
dan memperhatikan
-
Memperkenalakn
diri masing-masing
-
Bertepuk tangan
- Mendengarkan
dan memperhatikan
-
Mendengarkan
-
Masing-masing
klien menceritakan isi lagu
-
Bertepuk tangan
|
|
5 menit
|
Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis
menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis
memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak
lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk
mendengarkan musik yang disukai dan bermakna dalam kehidupannya.
c. Kontrak
yang akan datang
1. Menyepakati
TAK yang akan datang, yaitu menggambar.
2. Menyepakati
waktu dan tempat.
|
-
Mengungkapkan perasaan
- Mendengarkan
dan menyetujui
-
Menyetujui/memberi pendapat tentang rencana selanjutnya
|
J.
PROSES
EVALUASI
a. Evaluasi
struktur
ü Terapis/perawat
Terapis
menyiapkan klien, membuat kontrak.
ü Klien
Klien
dapat kooperatif dan mau menyepakati kontrak
b. Evaluasi
proses
ü Selama
proses TAK dapat berjalan dengan yang direncanakan
ü Terapis
dapat melakukan tugasnya dengan baik
ü Semua
anggota /klien dapat mengikuti TAK sampai dengan selesai
ü Klien
dapat berpartisipasi secara aktif
c. Evaluasi
hasil
ü Adanya
perubahan perilaku klien kearah perilaku adaptif
ü Klien
dapat mengekspresikan perasaannya
K.
PROGRAM
ANTISIPASI
Ø Bila
anggota menghindari pertemuan maka leader memberitahukan anggota tersebut dan
menganjurkan mereka berbicara langsung kepada kelompok
Ø Jika
ada anggota yang membicarakan hal-hal lain dalam diskusi, maka leader harus
memfokuskan pembicaraan dengan bantuan fasilitator
Ø Jika
ada anggota yang menggunakan kekerasan fisik maka leader menugaskan bahwa
kekerasan fisik tidak diperkenankan atau tidak dikehendaki selama proses TAK
berlangsung
Ø Jika
ada anggota dalam diskusi diam, maka fasilitator harus berperan aktif
memberikan motivasi untuk ikut proses TAK
Ø Jika
ada anggota kelompok yang ingin keluar dari kegiatan terapi kelompok maka anggota yang
bersangkutan harus membicarakan dengan anggota terapi lain
Ø Jika
ada hal-hal diluar perencanaan maka libatkan perawat ruangan
L. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami buat, atas
perhatian dan dukungannya dalam pembuatan proposal ini kami ucapkan terima
kasih.
Bangkinang , 05 januari 2013
Ketua kelompok
(
NASRI
)
Diketahui
oleh :
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
( Ns. Alini, M.Kep ) ( )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar